Sunday, January 4, 2009

Napoleon Hill Sang Legendaris


Bahwa kata penulis buku ini, orang yang sudah mempertaruhkan segalanya untuk satu impian yang dia capai, maka tidak ada kata lain kecuali orang tersebut akan mendapatkan apa yang ia impikan. Jadi, kenapa mesti tidak yakin?

Hati-hati dengan The Secret


Saya tidak mengatakan salah, hanya ketika kita berhenti pada satu literatur, itu akan berbahaya. Begitu yang saya anggap 'hati-hati' dengan the secret, karena itulah tidak berapa lama setelah saya membaca dan menonton filmnya, saya langsung membeli buku Quantum Ikhlas. Memang, kekuatan pikiran itu benar adanya, kehati-hatian kita adalah pada kemungkinan lahirnya persepsi keliru kita bahwa otak adalah ujung pangkal takdir manusia.

Inilah yang mesti kita cermati, setidaknya otak dengan kedahsyatan fungsinya, supercepat kerjanya dengan hantaran-hantaran sinyal-elektrik berkecepatan tinggi, segumpal benda yang terdiri dari milyaran sel memiliki 3 fungsi mendasar. Pertama otak sebagai reseptor, otak memiliki fungsi menyerap informasi dari luar yang dihantarkan oleh indera kita, mata kita hanya terdiri dari susunan otot dan syaraf yang tak mengerti apa-apa, begitu juga kulit, hidung, lidah dan telinga kita. Adapun kita bisa merasakan pemandangan itu indah, benda itu lembut, bau itu wangi, rasa itu lezat dan suara itu syahdu adalah karena informasi yang diterima otot-otot indera kita dihantarkan oleh syaraf ke otak kita.

Kedua otak sebagai perseptor, senada dengan kalimat 'segala sesuatu di dunia ini netral, yang membuatnya positif atau negatif adalah diri kita'. Otak tak lebih dari sekedar mesin pemersepsi, pemberi persepsi. Pemahaman yang keliru bila ini tidak dikaitkan dengan fungsi otak ketiga yang akan dijelaskan di bawah ini. Demikianlah, otak kita berinteraksi dengan dunia maya di luar sana yang sebenarnya tidak lain adalah dunia ketiadaan. Kumpulan quanta-quanta yang bersinergi dan menyerupa dalam bentuk tertentu yang bisa dilihat, dirasa dan ditangkap otak. Lalu otakpun memberikan persepsi tertentu tehadap apa yang dia terima.

Ketiga, otak sebagai stimulator. Pesan-pesan elektris dalam otak tidak diselesaikan sendiri oleh benda kecil di dalam tempurung kepala itu, dalam analisis ilmiah ada bagian-bagian tersendiri dalam otak, korteks, neo korteks, temporal lobe dan banyak lagi lainnya. Dan ada satu bagian otak yang mengubungkan dengan satu mekanisme pada diri kita yang lebih tinggi, yang tidak lain itu adalah jiwa. Banyak pendapat mengenai ini, sampai sejauh ini saya sependapat bahwa komponen yang terhubung dari otak itu bernama 'jantung', yang dalam bahasa immateriil disebut 'hati'.

Inilah komponen tertinggi dalam komposisi diri kita, dialah yang menyeru perintah pada otak untuk memberikan persepsi tertentu atas apa yang ia terima. Dari komponen inilah lahir tanggapan positif atau negatif terhadap benda-benda luar yang sebenarnya netral. Adanya komponen inilah, penemuan akan God Spot pantas untuk disempurnakan, God Spot pada otak yang disebut sebagai titik Tuhan bukanlah titik yang menghubungkan diri kita dengan Tuhan alam semesta, titik itu hanya stimulator yang membuat keterhubungan otak dengan hati manusia, dan bisa jadi hatilah yang bisa menjalin hubungan dengan Tuhannya manusia.

Karena itu, jangan mempertuhankan otak.