Kunjungan berikutnya adalah ke seorang warga teladan di Kedung Banteng, Bu Neti panggilan akrabnya. Sebenarnya sopannya si memanggilnya eyang, eyang-eyang tapi masih lincah berbisnis. Hebat euy...
Ada sejilid sendiri pesan-pesan moral dari hikmah perjalanan beliau dari zaman kecil nutur cengkeh, persis seperti yang saya lakukan saat masih SD dan sebelum SD. bedanya bu Neti ini berangkat ke kebon nutur cengkeh jam 2 dini hari, sedangkan kalau saya si siang-siang.
Mungkin karena pas masa kecil mirip2, nasib saya juga sukses seperti bu Neti kali ya nanti, hehe. Apalagi ketambahan saya bukan hanya nutur cengkeh, tapi juga methiki cengkeh, repek pohon alba, wit lompong dan sebagainya. Penuh materi edukasi sewaktu saya kecil, sekolah alam tanpa guru.
Dua saja dulu pesan besar nan istimewa dari bu Neti. Pertama : ora gadhang itu ada orang yang senang melihat kesuksesan kita, itulah yang dia alami berkali-kali, SMS istilahnya : Senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang.
Beliau sebagai pebisnis kerap sekali menjumpai orang lain yang iri, hasad, dengki ketika usahanya sedang berkembang. Tapi begitu ambruk, kebalikannya, puas ia ditertawai.
Sayapun begitu kok, dulu saya itu cemas kalau2 hilmy sukses duluang nggak ngajak saya, kalau andri lebih sejahtera mendahului saya dan sebagainya. Tapi belakangan ini alhadulillah sudah solat tobat, insaf dan insyaallah kalaupun kata2 saya ini dibuktikab beneranpun saya ikhlas kalau teman-teman saya sukses duluan, saya tidak iri, tidak hasad, tidak dengki, saya ikut bahagia saja.
Kedua : kalau kita didholimi atau dalam bahasa bisnis dirugikan, sudah ikhlaskan saja, kalau kita ikhlas, katanya ada dalil hadits yang menyebutkan bahwa yang mendholimi atau merugikan kita akan mendapat balasan kedholiman 10 kali lipat dari Allah.
Jadi, ketika dirugikan partner bisnis, tidak usah resah. Kalau ngorder tidak untung, ikhlas saja. Kalau ditinggalkan timnya, bombong saja, kalau yang tadinya amanah bersama sekarang diwariskan jadi amanah sendiri dan rugi rugi bae, nikmati saja, dan seterusnya. Ikhlas itu cuma 6 huruf, tapi perlu perjuangan untuk memilikinya, tapi kalau sudah memilikinya, ganjarannya ora baen-baen.
Oya, pelajaran tambahan dari bu Neti : The Power of mbagusi orang tua, terutama ibu. Dirinya merasa bisnisnya begitu dimudahkan, setelah menghajikan almarhumah ibunya dan senantiasa tidak pernah luput mengirim doa untuk sang ibu. Ini yang kurang dari saya, saya jarang sekali mbagusi orang tua.
No comments:
Post a Comment