Sunday, May 31, 2009

Mengubah ketakutan menjadi optimisme

Tua itu pasti, dewasa itu pilihan. Lah kalau mati? Mati itu belum tentu menunggu tua. Yang jelas kematian itu spektakuler, sama seperti kematian di alam rahim, atau sama dengan kelahiran kita di alam dunia. Setiap manusia pasti mengawalinya dengan menangis.

Setelah kematian datang, bukan berarti sehari-hari kita berada di atas kuburan, bermain di pohon kamboja ata duduk-duduk di atas nisan. Seperti apa keadaan dan dunia kita bergantung pada amal kita. Wallahualam, semoga Allah ampuni dosa-dosa saya.

Amat menakutkan ketika diputar video kehidupan saya, ketika saya beruat ini dan itu, ketika orang-orang yang saya aniaya menuntut balik saya, menendang saya, menampar saya, tidak mau lagi jadi sahabat saya. Semoga ada cara, kesempatan dan kemampuan untuk memperbaiki itu.

Harus punya ilmu ikhlas, agar tidak sakit ketika ruh ini diminta meninggalkan jasad. Seperti seorang yang diajak pindah dari rumah butut ke istana, pasti tak perlu di paksa, dengan rela dia akan mau meninggalkan rumah itu. Tapi kalau kita pandang dunia seperti istana dan alam sesudahnya sebagai penjara, maka kita akan bergelantungan di istana tak mau diajak keluar, tak mau tetap tak mau, hingga malaikat mautpun mengajak dengan paksaan. Mungkin ini yang membuat kematian begitu menyakitkan tak terperi.

Ya Allah ringankan sakaratulmautku, berikan maghfirah sesudahnya. Begitu juga untuk keluargaku, amin...

No comments:

Post a Comment