Monday, June 22, 2009

Pelajaran Makan dari Hilmy

Ramadhan tahun lalu, Hilmy sakit sebulan lebih lamanya. Berat badannya susut entahberapa belas kilo saya tak mengukur. Tapi yang jelas, badannya mengurus seperti bandar narkoba kelaparan di pulau terpencil hingga akhirnya dia memakan narkoba-narkobanya sendiri (perumpamaan yang aneh).

Namun demikian, semua orang menganjurkan Hilmy untuk banyak makan, mulai dari bubur purimas sampai bubur kertas. Ya, agar berat badannya menormal lagi tentunya. Sebagai sahabat yang baik, tentu rasa empati sayapun muncul, sayapun mengimbanginya untuk banyak makan pula.

Kurang baik apa coba saya, empati kan? Saking empatinya ketika Hilmy sudah menormal lagi berat badan dan tingkat kegemukannya. Eh, tetap saja saya doyan makan sampai-sampai saat ini porsi makan saya hampir menyaingi Huda. Kecepatan makan saya hampir menyalip Cryo. Ha2..

Pantas saja petugas asuransi bingung ketika meng-underwriting saya, dan sayapun bingung menjawab ketika di kolom berat badan, tahun ini saya bertambah 7 kilo. Saya jawab saja : gara-gara Hilmy Pa... huehe... piss

Banyak-banyak makan jangan bersuara, asal jangan pilih indomie...

No comments:

Post a Comment