Menonton film, bahkan membaca bukunya, belum bisa mewakili mendengarkan cerita langsung dari si pelakunnya : BJ Habibie. Beliau memang orang hebat, bukan hanya si jenius yang bersembunyi dibalik meja penelitian sembari mengharapkan salary bulanan. Habibie adalah orang yang menyediakan diri untuk dipanggil oleh bangsanya. Menjadi insinyur siap, menjadi menteri siap, menjadi wapres siap, menjadi presidenpun siap. Bahkan, tidak mendapat apresiasi atas karya2nya, tidak diberi ruang untuk membuat pesawat yang lebih canggih dari Airbus & Boeing hingga saat ini, diapun siap.
Masalah tidak sesederhana yang di film, soal campur tangan IMF yang kaki tangan perusahaan pesawat Amerika terkait penutupan PT DI. soal jajak pendapat timur tengah. soal penistaan terhadap karya2 intelektualnya, yang bahkan jerman lebih menerima karya2nya ketimbang bangsanya sendiri. soal kecanggihan krincing wesi, gatotkaca CN 250 yang teknologinya visioner satu dekade lebih maju dari umurnya. itu semua gagal digambarkan oleh si sutradara yang ikut main di film ini.
terlebih peran Ibu (alm) Ainun yang menjadi booster stamina daya juang habibie menjalani semua itu. terlalu sederhana digambarkan, tapi ya mendinglah, film yang konstruktif, semakin melengkapi koleksi film tanah air yang bermutu-mutu, tidak melulu horor-komedi-romantis belaka.
Habibie masih hidup, tapi sudah difilmkan. Hebat hebat hebat. Semoga umurnya dipanjangkan, ilmunya diturunkan, sehingga ada ruang oleh bangsa ini untuk dia membuat pesawat yang lebih canggih dari Airbus & Boeing, yang aku yakin beliau pasti bisa.
"Aiunun untukku, aku untuk ainun", quote habibie di closing statement film ini sungguh ngena.
Tuesday, December 25, 2012
The Billionaire
Karena mungkin Bong Chandra terlalu sibuk jualan seminar sukses, akhirnya Thailand deh yang punya film sekeren The Billionaire. Terlambat baru menonton sekarang aku, dulu pas masih tayang di bioskup akunya terlalu sibuk dengan terlalu banyak hal sampai-sampai tidak mementingkan nonton.
Tapi timingnya tepat. sehingga mesej dari film ini ngena dan nyampe bener karena baru ditonton sekarang. Ya, ini soal daya juang.
Aku berpikir, coba, setelah itipat si lakon utama film ini berhasil menjadi milyarder karena produknya masuk ke Sevel, kira-2 berapa banyak ya anak muda yang baru coba2 belajar usaha terinspirasi untuk menawarkan produknya ke Sevel? kira2 Sevel kebanjiran produk apa saja ya dari orang2 yang menawarkan diri menjadi suplier. Apakah semudah itu kesuksesan si itipat berhasil diduplikasi oleh suplier2 baru Sevel yang menyusul berikutnya?
Persoalan tidak sesederhana duduk menunggu di ruang tunggu untuk menunggu Nn Pu si manager mendengarkan presentasinya. Tapi ada persoalan GMP, ada persoalan kapital yang harus disiapkan untuk konsinyasi, ada persoalan penyusutan akibat barang yang BS, ada persoalan ketersediaan bahan baku, persoalan kompetitor, persoalan penyerapan produk oleh pasar, persoalan perijinan pangan dan uji klinis. Dan persoalan-persoalan lainnya.
Itipat memiliki daya juang yang sampai puncak, sehingga satu demi satu persoalan ia lewati walau tidak selalu dengan mulus. Nah, apakah kita memiliki stamina daya juang yang bisa melewati semua itu? jangan-jangan, hanya karena kurang modal, kita mandeg. karena penyerapan produk dipasar terganggu, kita blank. karena kemelut internal, kita rempong sendiri. karena diserang kompetitor kita stuck.
sekali lagi, daya juang!
Subscribe to:
Posts (Atom)