Film yang sangat inspiratif, kalau saja ada 100 lagi film serupa ini, atau itu artinya ada 10 miliar x 100 sama dengan 1 triliun anggaran dari orang yang mau memproduseri film2 bertema ketokohan nasional, maka Indonesia akan menjadi raksasa anggun yang paling ditakuti Israel, apalagi Amerika.
Betapa tidak, film adalah media yang paling ngefek saat ini, terlebih dengan mengusung tema semacam film yang berkisah tentang perjalanan ketokohan seorang Hadji Ahmad Dahlan ini, dijamin Indonesia akan lekas sembuh dari krisis figur yang sedang didera saat ini.
Presiden yang menyelenggarakan openhouse saja tidak becus, malas rakyat memfigurkannya. Sudahlah....
Dari sekian scene menarik dalam film ini ada satu hal yang paling berkesan buat saya. Yakni ketika Ahmad Dahlan sedang berbincang dengan istrinya sambil dikupaskan munthul. Nyai Walidah menanggapi obrolan suaminya, "bahkan aku tidak tahu yang aku lakukan ini benar atau salah", apa tanggapan sang istri, "kalau kita selalu tahu, maka kita tidak pernah belajar."
Itulah pelajaran dari perjalanan ketokohan seseorang... dalam perjalanannya yang melawan arus keragu-raguan adalah santapan sehari-hari. Betapa tidak....
Semoga saya dikuatkan, dengan deraan keraguan yang datang justru dari orang-orang yang selama ini paling saya percaya, paling saya banggakan....
Tuesday, September 14, 2010
Tuesday, September 7, 2010
Nasionalisme Ala Gue
Mau tahu bagaimana nasionalisme ala Cak Nun?
Nasionalisme ala Chaerul Tanjung,
Nasionalisme ala Aa Gym,
Nasionalisme ala Dahlan Iskan,
Nasionalisme ala Onno W Purbo,
Nasionalisme ala Dedy Mizwar,
Nasionalisme ala Yohaness Surya,
Nasionalisme ala Jusuf Kalla,
Nasionalisme ala siapa lagi ya...
Dan Nasionalisme ala Rizky?
Ingatkan tanggal 19 September tulisan yang memuat kesemua itu sudah saya selesaikan ya. Chao...
Nasionalisme ala Chaerul Tanjung,
Nasionalisme ala Aa Gym,
Nasionalisme ala Dahlan Iskan,
Nasionalisme ala Onno W Purbo,
Nasionalisme ala Dedy Mizwar,
Nasionalisme ala Yohaness Surya,
Nasionalisme ala Jusuf Kalla,
Nasionalisme ala siapa lagi ya...
Dan Nasionalisme ala Rizky?
Ingatkan tanggal 19 September tulisan yang memuat kesemua itu sudah saya selesaikan ya. Chao...
Monday, August 23, 2010
Mas Andri
Stylenya pakai celana jeans, hem lengan panjang yang digulung di siku, sepatu kets dan sedikit parfum (mungkin)... itulah Style mas Andri, bos nya monster. Setahu saya dia tidak kerja, tapi punya status, dan mungkin punya mobil.
Ki Nur
Dialog kami (saya dan Ki Nur) singkat, kalau dalam istilah dunia persilatan singkatnya sebuah kejadian digambarkan dengan frasa "sepeminuman teh", kalau kali ini saya ingin membahasakan "sesantapan buka puasa". Ya, karena memang kemarin ngobrolnya sambil buka puasa.
Ki Nur adalah orang hebat, itu saja yang saya kenal. Seorang muslim taat sekaligus seorang expert untuk soal kebudayaan dan nilai-nilai luhur Jawa. Diantara obrolan yang sedikit panjang kami, pesan Ki Nur pendek tapi menohok, hm, maaf disini saya tidak bisa menggambarkan detailnya, karena tidak mungkin menuliskan ulang percakapan 2 minggu yang lalu. Begini katanya, "pelajarilah sesuatu, sampai ke esensinya..".
Compare dengan tagline saya di agustus ini, "Find Fundamental Factor". I see I see...
Ki Nur adalah orang hebat, itu saja yang saya kenal. Seorang muslim taat sekaligus seorang expert untuk soal kebudayaan dan nilai-nilai luhur Jawa. Diantara obrolan yang sedikit panjang kami, pesan Ki Nur pendek tapi menohok, hm, maaf disini saya tidak bisa menggambarkan detailnya, karena tidak mungkin menuliskan ulang percakapan 2 minggu yang lalu. Begini katanya, "pelajarilah sesuatu, sampai ke esensinya..".
Compare dengan tagline saya di agustus ini, "Find Fundamental Factor". I see I see...
Asep Khaerul Gani
Menarik... ini mungkin workhsop dengan materi terpadat dan pemanfaatan waktu terefektif diantara yang pernah saya ikuti seumur hidup saya.
Saya mantap untuk sekeyakinan dengan Pa Asep, bahwa hati itu jantung. bukan otak, bukan liver. Jantung yang bahasanya begitu cerdas, kita saja yang begitu bodoh hingga tidak memahami, kecuali hanya bahasa degupannya.
Ketika mengaji degupannya berirama, damai. ketika bermaksiat degupannya berantakan, kemrungsung. Bersyukurlah bagi yang seperti itu, tandanya jantung-hati kita masih berfungsi. Ketimbang yang tidak ada damai didepan mushaf, tidak ada kemrungsung saat berbuat salah, itu artinya jantung fisiknya hidup, tapi jantung jiwanya mati, Qolbun mayit.
Terima kasih Pa Asep, pelajaran lainnya adalah tata cara memperoleh ilmu laduni, yang hanya diprivat kepada saya dan 2 rekan saya. Hm, logis, realistis dan sangat indah cara itu, insyaallah saya akan berusaha praktekkan...
Ah terlalu banyak pelajaran berharga. Next time lagi sharing-sharingnya... semoga rahmat Allah dan keselamatan untuk Pa Asep.
Saya mantap untuk sekeyakinan dengan Pa Asep, bahwa hati itu jantung. bukan otak, bukan liver. Jantung yang bahasanya begitu cerdas, kita saja yang begitu bodoh hingga tidak memahami, kecuali hanya bahasa degupannya.
Ketika mengaji degupannya berirama, damai. ketika bermaksiat degupannya berantakan, kemrungsung. Bersyukurlah bagi yang seperti itu, tandanya jantung-hati kita masih berfungsi. Ketimbang yang tidak ada damai didepan mushaf, tidak ada kemrungsung saat berbuat salah, itu artinya jantung fisiknya hidup, tapi jantung jiwanya mati, Qolbun mayit.
Terima kasih Pa Asep, pelajaran lainnya adalah tata cara memperoleh ilmu laduni, yang hanya diprivat kepada saya dan 2 rekan saya. Hm, logis, realistis dan sangat indah cara itu, insyaallah saya akan berusaha praktekkan...
Ah terlalu banyak pelajaran berharga. Next time lagi sharing-sharingnya... semoga rahmat Allah dan keselamatan untuk Pa Asep.
Saturday, August 7, 2010
Selamat Ramadhan Pa Bambang ZL
Ramadhan sebentar lagi tiba, katanya orang beriman harus senang menyambutnya. Bentuk senang, tentu bukan sekedar tertawa-tawa atau menyiapkan stok persediaan kulkas saja.
Salah satu yang baik untuk kita lakukan adalah menyambung silaturahim yang terdelay karena serentetan kesibukan kita. Kemarin saya Call Pa Ikhsan, lalu saya sapa teman-teman lama saya di SMA dan ini masih terus berlangung maintenance phonebook yang selama ini terbengkalai. Mudah2an, ketika kaki kita menginjakkan Ramadhan hari pertama nanti, sudah tidak ada satupun hati yang tersakiti juga tidak ada lagi kesalahan orang lain yang belum termaafkan.
Tiba-tiba saya jadi teringat perseteruan dengan Zona License (ZL) Matematika Dahsyat Jawa Tengah, Pa Bambang namanya. Memang kami hanya berpolemik lewat tulisan dan beradu pendapat lewat telepon, saya belum pernah bertemu orangnya langsung. Namun di phonebook saya belum saya delete nama tersebut : Pa Bambang ZL.
Kepadanya saya sampaikan minta maaf, dan disaat ini pula saya maafkan sikap dan ucapannya yang menyakiti dan keliru bagi saya. Sekaligus ucapan terima kasih, sehingga kasus perseteruan ini tidak berlanjut ke meja hijau, sebagaimana yang ia ancamkan dulu. Terima kasih pula saya ucapkan, dari peristiwa itu saya belajar bahwa seharusnya saya mengundang trainer seharusnya lewat manajemennya.
Semoga Ramadhan kali ini indah. Kemarin saya mengatakan, umur 24 itu adalah umur dimana spiritualitas seseorang sangat peka. Ramadhan boleh berulang setiap tahun, tapi ramadhan di umur 24 ya cuma kali ini saja. betul2 kali ini saja.
Salah satu yang baik untuk kita lakukan adalah menyambung silaturahim yang terdelay karena serentetan kesibukan kita. Kemarin saya Call Pa Ikhsan, lalu saya sapa teman-teman lama saya di SMA dan ini masih terus berlangung maintenance phonebook yang selama ini terbengkalai. Mudah2an, ketika kaki kita menginjakkan Ramadhan hari pertama nanti, sudah tidak ada satupun hati yang tersakiti juga tidak ada lagi kesalahan orang lain yang belum termaafkan.
Tiba-tiba saya jadi teringat perseteruan dengan Zona License (ZL) Matematika Dahsyat Jawa Tengah, Pa Bambang namanya. Memang kami hanya berpolemik lewat tulisan dan beradu pendapat lewat telepon, saya belum pernah bertemu orangnya langsung. Namun di phonebook saya belum saya delete nama tersebut : Pa Bambang ZL.
Kepadanya saya sampaikan minta maaf, dan disaat ini pula saya maafkan sikap dan ucapannya yang menyakiti dan keliru bagi saya. Sekaligus ucapan terima kasih, sehingga kasus perseteruan ini tidak berlanjut ke meja hijau, sebagaimana yang ia ancamkan dulu. Terima kasih pula saya ucapkan, dari peristiwa itu saya belajar bahwa seharusnya saya mengundang trainer seharusnya lewat manajemennya.
Semoga Ramadhan kali ini indah. Kemarin saya mengatakan, umur 24 itu adalah umur dimana spiritualitas seseorang sangat peka. Ramadhan boleh berulang setiap tahun, tapi ramadhan di umur 24 ya cuma kali ini saja. betul2 kali ini saja.
Friday, July 16, 2010
Daftar Mimpi Rizky yang Tertulis
1. Avanza hitam G-VVTI di Nasmoco Purwokerto terlunasi dan bisa dipakai untuk kendaraan operasional bisnis
2. Grha L22 jadi tempat yang profesional untuk kantor sekaligus sentra kegiatan alumni
3. Warnet Semangat jaya, menjadi sentra kegiatan anak muda di sana
4. Cabang outlet Mie Ayam ada 2 atau lebih dengan omzet bagus dan kualitas "numani"
5. Ayam kremez ada 4 warung atau lebih dan semuanya laris, menjadi rajanya ayam kremez
6. Koran Dinding terbit legal nasional
7. SDTC jadi icon training center pelajar di Indonesia dengan produk training unggulan yang unik, berbobot dan tersebar di seluruh Indonesia
8. Punya EO Pelatihan berkaliber regional bahkan nasional
9. Punya kebun emas 5 kg atau lebih
10. Punya mobil pribadi Toyota Rush, Toyota Camry
11. Berpartner bisnis dengan Chaerul Tanjung
12. Berguru secara privat dengan Ary Ginanjar Agustian
13. Punya foundation yang mengembangkan wakaf produktif berkantor di Menara 165 dengan salah satu komoditas yang dikembangkan adalah kambing
14. Punya perkebunan cabai merah menembus pangsa ekspor
15. Punya kafe free hotspot sekaligus disewakan untuk meeting dan seminar
16. Jadi dosen sekaligus ketua yayasan di kampus milik sendiri
17. Punya UKM Center sebagai unit kegiatan mahasiswa sekaligus usaha kecil menengah yang maju
18. Punya gerai dinar (perusahaan asuransi emas)
19. Menaik hajikan Bapak Ibu, semua mbah dan bugede
20. Punya pendamping, istri, terbaik
21. menaik hajikan diri sendiri, istri dan adik-adik
22. menyelesaikan S1 di salah satu universitas terbaik di Indonesia
23. menyelesaikan S2 di salah satu universitas terbaik di Indonnesia
24. Dekat dan berpengaruh dengan presiden
25. Dekat dan berpengaruh dengan gubernur
26. Dekat dan berpengaruh dengan bupati
27. Mempunyai perusahaan multinasional PT NUSA MADANI (Holding Company), Tbk
28. Memiliki konsep ide gagasan kontribusi berskala nasional dan diakui dengan diberikannya gelar Doktor Honoris Causa
29. Menjadi 1 dari 10 tokoh perubahan Indonesia versi Republika
30 Mempunyai perusahaan travel penyelenggara umroh dan haji
31. Memiliki unit bisnis di tanah suci
32. Mempunyai desa wisata
33. Mempunyai rumah makan taman, outbond lengkap dengan wisata di atas sungai serayu
34. Mempunyai 1.000 atau lebih karyawan
35. Mempunyai gerbong kereta api pribadi
36. Mempunyai pondok pesantren modern NUSA MADANI
37. Mempunyai baitul aitam
38. Mempunyai 3 buku best seller atau lebih
39. Mempunyai usaha di dunia property sekaliber agung sedayu group
40. Mempunyai iPad
41. Mempunyai laptop toshiba
42. Mempunyai internet service provider
43. Berhasil menerima dan menjalankan tongkat estafet 165 dalam pencerahan SDM Indonesia
44. Mendaki gunung gede pangrango dan rinjani
45. Keliling Jawa dengan naik kereta api eksekutif
46. Mempunyai ruko 3 lantai
47. Mempunyai guest-house
48. Kemana-mana pakai sepatu kets
49. Umroh setahun sekali
50. Menjadi khotib jumat yang berbobot dan menginspirasi
51. Mempunyai sekolah Islam terpadu
52. Mendapat penghargaan kalpataru dan berbagai penghargaan dari presiden
53. Mendapat penghargaan internasional
54. Mempunyai hotel
55. Mengelola obyek wisata milik Pemda
56. Menjadi penampung, penyalur dan pembina produktivitas pedesaan
57. Menjadi seorang expert di suatu bidang dan itu nomor 1 di Indonesia
58. Bisa berbahasa inggris conversation aktif
59. Bisa berbahasa arab
60. Bisa mengajarkan anak-anak bahasa jawa ngoko, kromo dan kromo inggil
61. Hafal Al Quran
62. Hafal 1000 hadits atau lebih
63. Menjadi trainer dengan public speaking teknik yang mumpuni dan memukau
64. Menjadi penceramah dan bisa mengisi pengajian dengan materi bagus, mendalam dan aplikabel
65. Mempunyai guru mursyid
66. Membahagiakan orang tua dengan kelonggaran uang, waktu dan cucu2 yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia
67. Bisa mengadakan reuni SMP dan SMA dengan biaya sendiri dan lengkap yang hadir
68. Jalan-jalan keliling Indonesia dengan keleluasaan uang dan waktu
69. Jalan-jalan keliling Eropa dan dunia dengan keleluasaan uang dan waktu
70. Membantu tetangga hingga tidak ada satupun orang berkekurangan dalam satu kecamatan
71. Membangun jaringan masjid yang ada SPBU nya dan ada cottage-nya (cottage syariah)
72. Mempunyai kantor cabang di Semarang atau lebih
73. Mempunyai kantor di Jakarta di Menara 165
74. Membangun yayasan wakaf NUSA MADANI bersama teman-teman se-almamater yang produktivitas dan kontribusinya berskala nasional
75. Akad dan resepsi pernikahan di Masjid Agung Jawa Tengah
76. Menjadi murid privat Hasan Toha dan keluarga besar imperiumnya
77. Menjadi pembimbing umroh dan haji
78. Mempunyai kost2an sehat, Wisma Semangat Donk untuk Putra
79. Mempunyai kost2an sehat, Wisma Srikandi untuk Putri
80. SPC Rumah Desain berkembang
81. SPC Clothing menjadi icon konveksi di Purwokerto
82. SPC Percetakan mempunyai mesin sendiri yang lengkap dan menjadi rujukan percetakan di Jawa Tengah Bagian Selatan
83. Purwokerto Notebook Center dikelola profesional dan terus berkembang
84. Menjadi redaksi majalah milik sendiri
85. Mempunyai 7 kartu kredit
86. Mempunyai aset properti
87. Menggantikan Pak Made dan Pak Wisnu sebagai Juragannya Banyumas
88. Menggantikan Pak Ical sebagai Juragannya Indonesia
89. Mengelola kios di kantin-kantin kampus
90. Belajar expor-impor dan menjual komoditas lokal
91. Menciptakan brand oleh-oleh lokal Banyumas yang dikenal secara nasional
92. Mendirikan Museum Nusa Madani yang berisi daftar koleksi kehebatan budaya, tokoh, sejarah dan kontribusi Indonesia di dunia Internasional
93. Memproduseri 50 film bertema ketekohohan nasional
94. Memiliki kebebasan waktu sehingga bisa itikah setiap tahun di Masjid Nabawi
95. Memiliki kebebasan waktu sehingga bisa mengiringi Caknun berperjalanan dari desa ke Desa
96. Menemukan instruktur olahraga dan belajar mencintai dan merutinkan olahraga untuk kesehatan di hari tua
2. Grha L22 jadi tempat yang profesional untuk kantor sekaligus sentra kegiatan alumni
3. Warnet Semangat jaya, menjadi sentra kegiatan anak muda di sana
4. Cabang outlet Mie Ayam ada 2 atau lebih dengan omzet bagus dan kualitas "numani"
5. Ayam kremez ada 4 warung atau lebih dan semuanya laris, menjadi rajanya ayam kremez
6. Koran Dinding terbit legal nasional
7. SDTC jadi icon training center pelajar di Indonesia dengan produk training unggulan yang unik, berbobot dan tersebar di seluruh Indonesia
8. Punya EO Pelatihan berkaliber regional bahkan nasional
9. Punya kebun emas 5 kg atau lebih
10. Punya mobil pribadi Toyota Rush, Toyota Camry
11. Berpartner bisnis dengan Chaerul Tanjung
12. Berguru secara privat dengan Ary Ginanjar Agustian
13. Punya foundation yang mengembangkan wakaf produktif berkantor di Menara 165 dengan salah satu komoditas yang dikembangkan adalah kambing
14. Punya perkebunan cabai merah menembus pangsa ekspor
15. Punya kafe free hotspot sekaligus disewakan untuk meeting dan seminar
16. Jadi dosen sekaligus ketua yayasan di kampus milik sendiri
17. Punya UKM Center sebagai unit kegiatan mahasiswa sekaligus usaha kecil menengah yang maju
18. Punya gerai dinar (perusahaan asuransi emas)
19. Menaik hajikan Bapak Ibu, semua mbah dan bugede
20. Punya pendamping, istri, terbaik
21. menaik hajikan diri sendiri, istri dan adik-adik
22. menyelesaikan S1 di salah satu universitas terbaik di Indonesia
23. menyelesaikan S2 di salah satu universitas terbaik di Indonnesia
24. Dekat dan berpengaruh dengan presiden
25. Dekat dan berpengaruh dengan gubernur
26. Dekat dan berpengaruh dengan bupati
27. Mempunyai perusahaan multinasional PT NUSA MADANI (Holding Company), Tbk
28. Memiliki konsep ide gagasan kontribusi berskala nasional dan diakui dengan diberikannya gelar Doktor Honoris Causa
29. Menjadi 1 dari 10 tokoh perubahan Indonesia versi Republika
30 Mempunyai perusahaan travel penyelenggara umroh dan haji
31. Memiliki unit bisnis di tanah suci
32. Mempunyai desa wisata
33. Mempunyai rumah makan taman, outbond lengkap dengan wisata di atas sungai serayu
34. Mempunyai 1.000 atau lebih karyawan
35. Mempunyai gerbong kereta api pribadi
36. Mempunyai pondok pesantren modern NUSA MADANI
37. Mempunyai baitul aitam
38. Mempunyai 3 buku best seller atau lebih
39. Mempunyai usaha di dunia property sekaliber agung sedayu group
40. Mempunyai iPad
41. Mempunyai laptop toshiba
42. Mempunyai internet service provider
43. Berhasil menerima dan menjalankan tongkat estafet 165 dalam pencerahan SDM Indonesia
44. Mendaki gunung gede pangrango dan rinjani
45. Keliling Jawa dengan naik kereta api eksekutif
46. Mempunyai ruko 3 lantai
47. Mempunyai guest-house
48. Kemana-mana pakai sepatu kets
49. Umroh setahun sekali
50. Menjadi khotib jumat yang berbobot dan menginspirasi
51. Mempunyai sekolah Islam terpadu
52. Mendapat penghargaan kalpataru dan berbagai penghargaan dari presiden
53. Mendapat penghargaan internasional
54. Mempunyai hotel
55. Mengelola obyek wisata milik Pemda
56. Menjadi penampung, penyalur dan pembina produktivitas pedesaan
57. Menjadi seorang expert di suatu bidang dan itu nomor 1 di Indonesia
58. Bisa berbahasa inggris conversation aktif
59. Bisa berbahasa arab
60. Bisa mengajarkan anak-anak bahasa jawa ngoko, kromo dan kromo inggil
61. Hafal Al Quran
62. Hafal 1000 hadits atau lebih
63. Menjadi trainer dengan public speaking teknik yang mumpuni dan memukau
64. Menjadi penceramah dan bisa mengisi pengajian dengan materi bagus, mendalam dan aplikabel
65. Mempunyai guru mursyid
66. Membahagiakan orang tua dengan kelonggaran uang, waktu dan cucu2 yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia
67. Bisa mengadakan reuni SMP dan SMA dengan biaya sendiri dan lengkap yang hadir
68. Jalan-jalan keliling Indonesia dengan keleluasaan uang dan waktu
69. Jalan-jalan keliling Eropa dan dunia dengan keleluasaan uang dan waktu
70. Membantu tetangga hingga tidak ada satupun orang berkekurangan dalam satu kecamatan
71. Membangun jaringan masjid yang ada SPBU nya dan ada cottage-nya (cottage syariah)
72. Mempunyai kantor cabang di Semarang atau lebih
73. Mempunyai kantor di Jakarta di Menara 165
74. Membangun yayasan wakaf NUSA MADANI bersama teman-teman se-almamater yang produktivitas dan kontribusinya berskala nasional
75. Akad dan resepsi pernikahan di Masjid Agung Jawa Tengah
76. Menjadi murid privat Hasan Toha dan keluarga besar imperiumnya
77. Menjadi pembimbing umroh dan haji
78. Mempunyai kost2an sehat, Wisma Semangat Donk untuk Putra
79. Mempunyai kost2an sehat, Wisma Srikandi untuk Putri
80. SPC Rumah Desain berkembang
81. SPC Clothing menjadi icon konveksi di Purwokerto
82. SPC Percetakan mempunyai mesin sendiri yang lengkap dan menjadi rujukan percetakan di Jawa Tengah Bagian Selatan
83. Purwokerto Notebook Center dikelola profesional dan terus berkembang
84. Menjadi redaksi majalah milik sendiri
85. Mempunyai 7 kartu kredit
86. Mempunyai aset properti
87. Menggantikan Pak Made dan Pak Wisnu sebagai Juragannya Banyumas
88. Menggantikan Pak Ical sebagai Juragannya Indonesia
89. Mengelola kios di kantin-kantin kampus
90. Belajar expor-impor dan menjual komoditas lokal
91. Menciptakan brand oleh-oleh lokal Banyumas yang dikenal secara nasional
92. Mendirikan Museum Nusa Madani yang berisi daftar koleksi kehebatan budaya, tokoh, sejarah dan kontribusi Indonesia di dunia Internasional
93. Memproduseri 50 film bertema ketekohohan nasional
94. Memiliki kebebasan waktu sehingga bisa itikah setiap tahun di Masjid Nabawi
95. Memiliki kebebasan waktu sehingga bisa mengiringi Caknun berperjalanan dari desa ke Desa
96. Menemukan instruktur olahraga dan belajar mencintai dan merutinkan olahraga untuk kesehatan di hari tua
Saturday, July 3, 2010
Rancho & Virus
Harus nonton film ini : 3 Idiot |
Ya, yang sewaktu setelah Mona melahirkan. Setelah menjelaskan tentang pensil dan pulpen luar angkasa Pak Viru mengatakan, "Kamu tidak bisa selamanya benar", dan setelah itu pena kebanggaan itupun ia serahkan kepada murid terhebatnya itu.
Ya, kamu tidak bisa selamanya benar.
Thursday, May 20, 2010
Pelajaran dari Cara-Cara
Terima kasih untuk cara-cara yang kurang bijaksana, yang diterimakan kepada saya. Yang ternyata kesemuanya itu, justru akan menguatkan saya.
Wednesday, May 12, 2010
Davied "Komeng" Eko P.
Banyak cerita menarik dan menginspirasi dari pengalamannya berjalan di dunia wirausaha dan kemandirian sejak beberapa tahun silam ia jajaki.
Di bisnis itu penuh dengan keadaan-keadaan spekulatif. Beranilah berspekulasi, atau kalau tidak berani, mending tidak usah jadi pebisnis. Kira-kira begitu salah satu point yang menurut saya sangat berharga.
Oh ya, dia masih single dan cukup berpengalaman, barangkali ada yang berminat, hub saya, nanti saya kenalkan, hehe
Di bisnis itu penuh dengan keadaan-keadaan spekulatif. Beranilah berspekulasi, atau kalau tidak berani, mending tidak usah jadi pebisnis. Kira-kira begitu salah satu point yang menurut saya sangat berharga.
Oh ya, dia masih single dan cukup berpengalaman, barangkali ada yang berminat, hub saya, nanti saya kenalkan, hehe
Wednesday, April 28, 2010
Mandiri 2010
Saya punya buku kas pribadi sejak 1 Januari 2010. Sebetulnya di 2007 lalu juga sudah, bahkan di kelas 1 SMA saya bukan hanya punya catatan, tetapi saya punya bisnis bernama Asterix Inc. yang melayani penjualan coffemix dan mie instan di GMC 25 dan dari uang pribadi dan bisnis itulah saya belajar praktek langsung pelajaran akuntansi, pelajaran terfavorit saya yang hanya 1 semester seumur hidup saya menerimanya.
Dari buku kas itulah, akan saya pertanggung jawabkan uang orang tua yang masih terpakai oleh saya hingga masuk tahun 2010 ini. Itu bukan uang cuma-cuma, itu uang saya pinjam, utang!, dan akan saya bayar uang pula, sebagai konsistensi pernyataan saya, bahwa di tahun 2010 ini saya sudah mandiri 100%.
Dari buku kas itulah, akan saya pertanggung jawabkan uang orang tua yang masih terpakai oleh saya hingga masuk tahun 2010 ini. Itu bukan uang cuma-cuma, itu uang saya pinjam, utang!, dan akan saya bayar uang pula, sebagai konsistensi pernyataan saya, bahwa di tahun 2010 ini saya sudah mandiri 100%.
Buku Kas Pribadi Rizky, setiap rupiah tercatat disini |
Monday, April 26, 2010
Pesan dari Andika Setyo H
Andika adalah salah satu stakeholder bisnis saya. Memang bukan sebatas stakeholder, ya hampir mendekati konsultan sepertihalnya 3 konsultan pribadi saya : Mas Hendro, Mas Arif dan Ria Spensaba, tapi belum.
Saya banyak dapat pelajaran diantaranya tentang Coorporate Culture di dunia pegawai negeri, prinsip-prinsip dasar manajerial, komunikasi efektif dan lain sebagainya. Saya ingin ketengahkan satu saja dulu disini yang sangat berarti untuk saya.
Terakhir Andika datang ke Purwokerto ada Ayu dan Meta juga menemani saya mengobrol, hingga menjelang pamitannya saya (karena saya yang pergi duluan kemarin), ada satu pesan berharga, begini : "Siapa yang paling berhasil, bukan dia yang memiliki kekuatan, kekuasaan, tetapi dia yang paling pandai beradaptasi."
Bukan pesan baru, karena ini adalah pesan yang persis saya dengar dari Pa Mustar di Sang Pemimpi. Namun, pesan inilah yang mentenagai saya untuk menghadapi pertemuan-demi pertemuan yang (jujur) tidak mudah saya lalui tapi harus saya mampui, Colaps bisnisnya Rhea yang kemudian dia memilih hengkang, pernyataan mundurnya Hilmy, statementnya Azis soal warnet dan Beralih rel nya Andri.
Tuhan kirimkan energi untuk mentenagai saya lewat Andika, Bersyukur kepada Allah SWT, berterima kasih saya kepada Andika.
Dan kata Pa Zainal di FB kemarin, "sesuatu itu menjadi berharga, kalau ada pada waktu dan tempat yang tepat."
Saya banyak dapat pelajaran diantaranya tentang Coorporate Culture di dunia pegawai negeri, prinsip-prinsip dasar manajerial, komunikasi efektif dan lain sebagainya. Saya ingin ketengahkan satu saja dulu disini yang sangat berarti untuk saya.
Terakhir Andika datang ke Purwokerto ada Ayu dan Meta juga menemani saya mengobrol, hingga menjelang pamitannya saya (karena saya yang pergi duluan kemarin), ada satu pesan berharga, begini : "Siapa yang paling berhasil, bukan dia yang memiliki kekuatan, kekuasaan, tetapi dia yang paling pandai beradaptasi."
Bukan pesan baru, karena ini adalah pesan yang persis saya dengar dari Pa Mustar di Sang Pemimpi. Namun, pesan inilah yang mentenagai saya untuk menghadapi pertemuan-demi pertemuan yang (jujur) tidak mudah saya lalui tapi harus saya mampui, Colaps bisnisnya Rhea yang kemudian dia memilih hengkang, pernyataan mundurnya Hilmy, statementnya Azis soal warnet dan Beralih rel nya Andri.
Tuhan kirimkan energi untuk mentenagai saya lewat Andika, Bersyukur kepada Allah SWT, berterima kasih saya kepada Andika.
Dan kata Pa Zainal di FB kemarin, "sesuatu itu menjadi berharga, kalau ada pada waktu dan tempat yang tepat."
Friday, April 23, 2010
Mas Agus Ultra & Aster Disc
Membuka usaha si persoalan gampang mas, mempertahankannya itu loh. Setiap bisnis punya lika-liku (karakteristik)-nya sendiri-sendiri. Penguasaan terhadap itu secara detaillah yang menjadi kunci kesuksesan seseorang berbisnis.
Monday, April 19, 2010
Oki Novendra dan Cara Belajarnya
Pada International Conference Young Scientists ke-17 di Grand Bali Beach, Sanur, Bali, 13 April kemarin Oki mendapat medali perak atas keberhasilannya mengotak-atik rumus matematika diferensial sehingga bisa digunakan untuk mengungkap kematian Michael Jackson.
Indonesia memang penuh orang pintar ICYS dua tahun berturut2 Indonesia hanya bersaing dengan Jerman dan Indonesia menang telak dengan medali emas terbanyak. Itulah, level Indonesia memang Jerman, bukannya negara-negara ceremente.
Saya terinspirasi dengan cara belajar Oki Novendra, Ibunya menuturkan anaknya tidak pernah diforsir belajar, anaknya menjadi pandai begitu justru karena tidak dipaksa belajar, aktivitas hobi dan olahraganya seimbang, tidak melulu mengotak-atik rumus.
Oh, ternyata jadi orang pintar itu begitu, banyak2lah download lagu, sering-seringlah bersepeda, backpaking, asahlah otak kanan dengan motivasi dan sebagai orang Islam tentulah ibadah ritualnya yang mantep
Indonesia memang penuh orang pintar ICYS dua tahun berturut2 Indonesia hanya bersaing dengan Jerman dan Indonesia menang telak dengan medali emas terbanyak. Itulah, level Indonesia memang Jerman, bukannya negara-negara ceremente.
Saya terinspirasi dengan cara belajar Oki Novendra, Ibunya menuturkan anaknya tidak pernah diforsir belajar, anaknya menjadi pandai begitu justru karena tidak dipaksa belajar, aktivitas hobi dan olahraganya seimbang, tidak melulu mengotak-atik rumus.
Oh, ternyata jadi orang pintar itu begitu, banyak2lah download lagu, sering-seringlah bersepeda, backpaking, asahlah otak kanan dengan motivasi dan sebagai orang Islam tentulah ibadah ritualnya yang mantep
Pa Ruli (Mentor EU)
Sewaktu sedang EU angkatan 4, saat itu saya sudah jadi alumni, saya datang ke kelas seminar, tapi tidak masuk ruangan. Saya dan teman saya hanya ngobrol dengan Pa Ruli di luar ruangan, obrolan yang sekitar setengah jam tapi syarat ilmu.
Pengusaha sukses yang salah satu usahanya adalah membeli franchise cuci mobil itu membagikan banyak ilmu, salah satunya saya ingin sharingkan disini :
"Niatkan bisnis untuk menolong orang lain, maka keluarga dan dirimu sendiri akan diurus oleh Tuhan."
Kira-kira begitu lah, saya lupa, sudah lama sekali si, 2 tahunan yang lalu. Tapi kalimat inilah yang sekarang terinternalisasi ke dalam diri saya sehingga saya tidak lagi mempermasalahkan teman-teman lain mau ikut membangun SDI dari lininya atau tidak, yang penting sayanya, saya tidak pernah meniatkan bisnis untuk sukses sendiri, saya rela jadi jembatan keberhasilan SDI yang mereka ada didalamnya.
Teman lain akan seperti itu atau tidak, itu terserah, saya tidak berhak memaksakan. Terima kasih Pa Ruli dengan Mac cantiknya
Pengusaha sukses yang salah satu usahanya adalah membeli franchise cuci mobil itu membagikan banyak ilmu, salah satunya saya ingin sharingkan disini :
"Niatkan bisnis untuk menolong orang lain, maka keluarga dan dirimu sendiri akan diurus oleh Tuhan."
Kira-kira begitu lah, saya lupa, sudah lama sekali si, 2 tahunan yang lalu. Tapi kalimat inilah yang sekarang terinternalisasi ke dalam diri saya sehingga saya tidak lagi mempermasalahkan teman-teman lain mau ikut membangun SDI dari lininya atau tidak, yang penting sayanya, saya tidak pernah meniatkan bisnis untuk sukses sendiri, saya rela jadi jembatan keberhasilan SDI yang mereka ada didalamnya.
Teman lain akan seperti itu atau tidak, itu terserah, saya tidak berhak memaksakan. Terima kasih Pa Ruli dengan Mac cantiknya
Indonesia Menghafal, TPI tiap Ahad 13.00
Ustadz yang satu ini memang solutif dan aplikatif, itulah Yusuf Mansyur, seorang yang menurut saya penyerahan diri dan kepercayaan kepada Allah SWT nya jempol abizz, bukan cuma di bibir tapi di action.
Di TPI jam 13.00 tiap Ahad ada acara keren, Indonesia Menghafal. Fenomenal menurut saya, dimana bacaan Al Quran dengan keindahannya, kecerdasan tajwid, tahsin dan bla bla bla nya saya kurang ngerti betul-betul menampilkan indahnya Al Quran di TV yang ditonton tanpa batas ruang dan sekat strata, saya menerka akan banyak mualaf lahir gara-gara nonton acara ini.
Saya ingin bagikan metode sederhana yang diajarkan Yusuf Mansyur untuk menghafal Al Quran, satu tapi sangat aplikabel, yakni dengan drilling empat huruf empat huruf. Pecah ayat menjadi 4 huruh (boleh 3 atau 5 sesuai konteks), lalu ulang-ulang hingga puluhan kali, baru lanjut ke empat ayat berikutnya, begitu seterusnya. Cobalah, ampuh lho..
Dan dari acara itu dan banyak acara-acara yang saya datangi saya menemukan pola yang saya sebut EMPAT YANG SALING MENJAGA. Inilah jawaban pertanyaan saya dari dulu, bagaimana cara menjaga amalan kita? ketemu jawabannya di pola ini, yakni menjaga amalan dengan amalan. Membaca dan menghafal Quran akan menjaga niat puasa sunnah kita, puasa sunnah akan menggerakkan langkah kita untuk sholat sunnah, dan sholat sunnah akan meringankan sedekah kita sebagai ungkapan syukur, dan sedekah kita akan membuat kita termagnet oleh Al Quran begitu seterusnya.
Di TPI jam 13.00 tiap Ahad ada acara keren, Indonesia Menghafal. Fenomenal menurut saya, dimana bacaan Al Quran dengan keindahannya, kecerdasan tajwid, tahsin dan bla bla bla nya saya kurang ngerti betul-betul menampilkan indahnya Al Quran di TV yang ditonton tanpa batas ruang dan sekat strata, saya menerka akan banyak mualaf lahir gara-gara nonton acara ini.
Saya ingin bagikan metode sederhana yang diajarkan Yusuf Mansyur untuk menghafal Al Quran, satu tapi sangat aplikabel, yakni dengan drilling empat huruf empat huruf. Pecah ayat menjadi 4 huruh (boleh 3 atau 5 sesuai konteks), lalu ulang-ulang hingga puluhan kali, baru lanjut ke empat ayat berikutnya, begitu seterusnya. Cobalah, ampuh lho..
Dan dari acara itu dan banyak acara-acara yang saya datangi saya menemukan pola yang saya sebut EMPAT YANG SALING MENJAGA. Inilah jawaban pertanyaan saya dari dulu, bagaimana cara menjaga amalan kita? ketemu jawabannya di pola ini, yakni menjaga amalan dengan amalan. Membaca dan menghafal Quran akan menjaga niat puasa sunnah kita, puasa sunnah akan menggerakkan langkah kita untuk sholat sunnah, dan sholat sunnah akan meringankan sedekah kita sebagai ungkapan syukur, dan sedekah kita akan membuat kita termagnet oleh Al Quran begitu seterusnya.
Hak cipta pada Rizky Dr |
Monday, April 5, 2010
Niels Bohr
Sir Ernest Rutherford, Presiden dari Royal Academy, dan penerima Nobel Fisika menceritakan kisah ini:
"Beberapa waktu lalu aku menerima panggilan dari kolegaku. Dia akan memberikan nilai nol untuk ujian salah seorang siswanya, tapi siswa tersebut berkeras dia harus mendapatkan nilai sempurna. Sang instruktur dan siswa teresebut sepakat untuk penengah yang obyektif dan aku yang dipilih".
Soal ujiannya berbunyi: "Tunjukkan cara mengukur tinggi sebuah gedung dengan bantuan barometer."
Siswa itu menjawab: "Bawa barometer tersebut ke puncak gedung, ikatkan dengan sebuah tali, turunkan sampai ke jalan lalu tarik kembali ke atas, ukur panjang tali. Panjang tali itu adalah sama dengan tinggi gedung."
Siswa tersebut berhak meminta nilai penuh karena dia menjawab dengan lengkap dan benar. Di sisi lain, nilai penuh harusnya diberikan atas dasar kompentensi di bidang fisika, dan jawabannya tidak menunjuikkan hal ini. Aku menyarankan ujian ulang. Aku memberikan waktu enam menit untuk menjawab soal yang sama dengan syarat harus dijawab menggunakan dalil-dalil fisika.
Lima menit berlalu, dia masih belum menulis apa-apa. Aku menanyakan apa dia mau menyerah, tapi dia menjawab kalau dia punya banyak solusi, dia cuma memikirkan solusi yang terbaik. Aku menyuruhnya melanjutkan dan pada menit berikutnya dia menyerahkan jawabannya yang berbunyi "Bawa barometer ke puncak gedung, jatuhkan, dan ukur waktunya dengan stopwatch, lalu menggunakan rumus 'jarak=0,5*percepatan*waktu^2, tinggi gedung bisa diukur."
Saat ini aku meminta kolegaku untuk menyerah. Dia setuju dan memberikan siswanya nilai penuh. Saat meninggalkan ruang ujian aku teringat bahwa siswa itu punya beberapa solusi, jadi aku menanyakan solusi apa saja itu.
Siswa itu menjawab, "ada banyak cara mengukur tinggi gedung dengan bantuan barometer. Misalnya, membawa barometer ke luar, lalu mengukur tinggi barometer dan panjang bayangannya, dan mengukur panjang bayangan gedung, dan dengan rumus perbandingan sederhana tinggi gedung bisa diketahui."
"Kalau Anda mau cara yang lebih rumit, ikat barometer dengan tali, ayun seperti bandul di lantai dasar dan di atap untuk menghitung nilai gravitasi. Dari perbedaan nilai gravitasi tinggi gedung bisa dihitung."
"Dengan metode yang sama, bila dari atap talinya di ulur sampai ke dasar lalu diayunkan seperti bandul, tinggi gedung bisa dihitung melalui periode ayunan."
"Ini cara kesukaan saya, bawa barometer ke tempat pemilik gedung lalu katakan: 'Pak, ini ada sebuah barometer, bila Anda memberitahukan tinggi gedung Anda, saya akan memberikan barometer ini."
Saya bertanya apakah dia tidak mengetahui cara konvensional untuk memecahkan masalah tersebut. Dia jawab kalau dia tahu, tapi dia tidak mau terpaku pada satu pola pemikiran saja.
Siswa itu bernama Niels Bohr, peraih Nobel di bidang fisika tahun 1922 dan salah satu ilmuwan fisika yang paling berpengaruh di abad 20.
Sumber :
Mengukur gedung dengan barometer
dikirim oleh Iwan Surya
"Beberapa waktu lalu aku menerima panggilan dari kolegaku. Dia akan memberikan nilai nol untuk ujian salah seorang siswanya, tapi siswa tersebut berkeras dia harus mendapatkan nilai sempurna. Sang instruktur dan siswa teresebut sepakat untuk penengah yang obyektif dan aku yang dipilih".
Soal ujiannya berbunyi: "Tunjukkan cara mengukur tinggi sebuah gedung dengan bantuan barometer."
Siswa itu menjawab: "Bawa barometer tersebut ke puncak gedung, ikatkan dengan sebuah tali, turunkan sampai ke jalan lalu tarik kembali ke atas, ukur panjang tali. Panjang tali itu adalah sama dengan tinggi gedung."
Siswa tersebut berhak meminta nilai penuh karena dia menjawab dengan lengkap dan benar. Di sisi lain, nilai penuh harusnya diberikan atas dasar kompentensi di bidang fisika, dan jawabannya tidak menunjuikkan hal ini. Aku menyarankan ujian ulang. Aku memberikan waktu enam menit untuk menjawab soal yang sama dengan syarat harus dijawab menggunakan dalil-dalil fisika.
Lima menit berlalu, dia masih belum menulis apa-apa. Aku menanyakan apa dia mau menyerah, tapi dia menjawab kalau dia punya banyak solusi, dia cuma memikirkan solusi yang terbaik. Aku menyuruhnya melanjutkan dan pada menit berikutnya dia menyerahkan jawabannya yang berbunyi "Bawa barometer ke puncak gedung, jatuhkan, dan ukur waktunya dengan stopwatch, lalu menggunakan rumus 'jarak=0,5*percepatan*waktu^2, tinggi gedung bisa diukur."
Saat ini aku meminta kolegaku untuk menyerah. Dia setuju dan memberikan siswanya nilai penuh. Saat meninggalkan ruang ujian aku teringat bahwa siswa itu punya beberapa solusi, jadi aku menanyakan solusi apa saja itu.
Siswa itu menjawab, "ada banyak cara mengukur tinggi gedung dengan bantuan barometer. Misalnya, membawa barometer ke luar, lalu mengukur tinggi barometer dan panjang bayangannya, dan mengukur panjang bayangan gedung, dan dengan rumus perbandingan sederhana tinggi gedung bisa diketahui."
"Kalau Anda mau cara yang lebih rumit, ikat barometer dengan tali, ayun seperti bandul di lantai dasar dan di atap untuk menghitung nilai gravitasi. Dari perbedaan nilai gravitasi tinggi gedung bisa dihitung."
"Dengan metode yang sama, bila dari atap talinya di ulur sampai ke dasar lalu diayunkan seperti bandul, tinggi gedung bisa dihitung melalui periode ayunan."
"Ini cara kesukaan saya, bawa barometer ke tempat pemilik gedung lalu katakan: 'Pak, ini ada sebuah barometer, bila Anda memberitahukan tinggi gedung Anda, saya akan memberikan barometer ini."
Saya bertanya apakah dia tidak mengetahui cara konvensional untuk memecahkan masalah tersebut. Dia jawab kalau dia tahu, tapi dia tidak mau terpaku pada satu pola pemikiran saja.
Siswa itu bernama Niels Bohr, peraih Nobel di bidang fisika tahun 1922 dan salah satu ilmuwan fisika yang paling berpengaruh di abad 20.
Sumber :
Mengukur gedung dengan barometer
dikirim oleh Iwan Surya
Wednesday, March 10, 2010
Jeff Bezos, Amazon.com
Jeff Bezos adalah lulusan Princeton dengan gelar BSE (Bachelor of Science and Engineering) di bidang electrical engineering dan computer science. Setelah lulus tahun 1986, ia ditawari pekerjaan oleh Intel, Bell Labs dan Andersen Consulting, tetapi Bezos justru memilih kerja di Fitel, sebuah start up di bidang “financial telecommunications”.
Fitel adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh profesor-profesor dari Departemen Ekonomi di Columbia University. Inti bisnisnya adalah sejenis bursa online yang memudahkan transfer data dari Negara-negara yang berbeda. Ketika itu belum ada internet, sehingga usah semacam ini tentunya mendatangkan banyak uang.
Tahun 1988, Bezos pindah ke Bankers Trust Company. Ia membuat software BTWord, yaitu software yang memungkinkan klien-klien Banker Trust melihat laporan hasil investasi mereka lewat computer. Sebelumnya, laporan investasi secara berkala melalui hardcopy, tetapi Bezos mengotomatisasikannya lewat computer.
Tahun 1990, Bezos merasa belum siap mendirikan perusahaan sendiri, tetapi sudah siap pindah dari Bankers Trust. Mengapa? Dia Mengatakan bahwa ia akan pindah ke perusahaan dimana ia bias mengejar dambaannya, yaitu suatu system yang diberi istilah “second phase automation”. Apa maksudnya? Yakni dimana kita menggunakan teknologi untuk untuk mengubah proses bisnis yang lama menjadi lebih cepat dan efiesien. Lebih lanjut, kata Bezos, Second Pase Automation adalah “when you can fundamentally change the underlying businees process and do thing in a completely new way. So, it’s more of a revolution instead of an evolution.” (ketika Anda bisa mengubah suatu proses bisnis secara mendasar dan melakukannya dengan metode terbaru. Jadi, semuanya akan lebih tepat dikatakan sebuah revolusi daripada hanya sebuah evolusi.)
Akhirnya pada tahun 1990, ia resmi kerja di D.E. Shaw. Pertengahan tahun 1994, Bezos mengusulkan pada Mr. Shaw untuk membuat took online. Bezos kaget dan kecewa karena idenya ditolak mentah-mentah oleh Shaw.
Namun, Bezos tidak bisa melupakan idenya. Ia selalu melihat angka 2300 persen sebagai angka perkembangan tahunan internet. Dia melihat angka sebagai “huge, potentially wasted opportunity” (peluang besar potensial yang terabaikan). Akhirnya, Bezos mengatakan pada Mr. Shaw bahwa dia akan keluar dari D.E.Shaw dan membangun mimpi besarnya. Menyadari semangat muda Bezos yang meluap-luap, Mr. Shaw dengan karakternya sebagai orang tua yang bijaksana membawa Bezos jalan-jalan ke Central Park. Dia mengatakan bahwa penjualan buku online adalah ide besar. Namun, hal itu akan lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang belum mendapatkan pekerjaan bagus, tidak seperti Bezos yang saat itu sedang menjabat Senior Vice President yang keamanan financialnya telah terjamin. Apalagi, menurut aturan siklus perusahaan, sebentar lagi ia akan menjadi CEO di D.E.Shaw.
Bezos mendapatkan waktu 48 jam untuk memikirkan keputusannya keluar. Akhirnya, ia tetap memutuskan keluar. Dia mengatakan, “Nanti Kalau saya sudah berumur 80 tahun, saya mungkin sudah tidak ingat berapa gaji saya di D.E.Shaw tahun 1994, tetapi saya pasti ingat dan menyesal kalau saya tidak terjun ke bisnis internet.” Selanjutnya, Bezos meninggalkan D.E. Shaw yang saat itu sedang memberikannya gaji sebesar 7 figure per tahun (7 figure terkecil adalah $1,000,000 bila bagi 12 sekitar $83,333 per bulan). Sejak itu, Bezos mulai merintis www.amazon.com dan mengembangkannya ke seluruh dunia.
Sebagaimana kita ketahui, produk utama amazon adalah buku. Mengapa harus buku? Sewaktu bekerja di D.E. Shaw, Bezos ditugaskan meneliti tentang bisnis yang bias dikembangkan di internet. Ia membuat daftar sampai 20 barang yang bias dijual, dari software computer sampai perlengkapan. Dalam daftarnya, buku menempati posisi teratas. Tempat kedua adalah musik, tetapi musik dieliminasi karena industri musik saat itu dikuasai 6 label record dan mereka mendominasi distribusi. Sebagai suatu perbandingan sederhana, saat itu ada 300.000 keping CD musik dengan judul berbeda, tetapi ada 3 juta buku dengan judul berbeda.
Menurut Bezos, saat saat itu penjualan dikatakan “large and fragmented”(luas dan terbagi) karena tidak ada yang mendominasinya. Di Amerika, ada lebih dari 10.000 penerbit buku, tetapi kebanyakan hanya memiliki kurang dari 10 judul buku, tetapi kebanyakan hanya memiliki kurang dari 10 judul buku. Bahkan, Random House yang merupakan penerbit terbesar hanya menguasai 10% pasar. Dua took buku terbesar pun, Barnes & Noble dan Border, jika digabungkan hanya menguasai sekitar 25% dari $30 miliar total sales. Ketersediaanpun merupakan salah satu keuntungan bisnis buku. Buku dapat dipesan langsung dari penerbit atau dari jaringan distributor.
Makin lama amazon makin berkembang dan seperti yang kita lihat saat ini amazon masih berdiri mantap, meskipun saingannya kian hari kian bertambah.
“Visi kami,” simpul Jeff,” adalah perusahaan dunia yang sangat berpusat pada pelanggan. Tempat orang untuk menemukan dan mengetahui segala sesuatu yang mungkin ingin mereka beli secara online.”Tujuan Amazon.com bukan menjadi toko buku terbesar di dunia melainkan toko serba ada terbesar di dunia.”
Sebagai “toko serba ada terbesar di dunia” Jeff selalu mengingatkan enam nilai dasar perusahaan. Keenam hal itu adalah :
1. Obsesi Pelanggan. Pelayanan kepada pelanggan — memberikan apa yang diinginkan pelanggan pada harga semurah mungkin dan dengan waktu secepat mungkin — selalu merupakan tugas terpenting
2. Kepemilikan. Semua karyawan ditawari peluang untuk menjadi pemegang saham di Amazon.com. “Semua orang adalah pemilik,” ujar Jeff Bezos.
3. Melakukan tindakan segera.”Lakukan itu sekarang”. “Jangan menunda-nunda”, “Wujudkanlah” adalah jargon-jargon yang selalu didengungkan. Tentu saja ditambah satu frasa lagi yakni “Tumbuh Besar dengan Cepat.”
4. Kesederhanaan. Yang tampak dari kantor sebuah perusahaan sebuah Amazon.com adalah kesederhanaannya. Uang tidak dihambur-hamburkan untuk dekorasi dan kemewahan.
5. Standar Karyawan yang Tinggi. Amazom.com tetap menginginkan orang-orang yang cerdas. Mereka disaring melalui daftar riwayat hidup dan wawancara untuk menemukan mereka.
6. Inovasi. Amazon.com terus memperkenalkan gagasan-gagasan baru, sistem baru dan penawaran baru kepada para pelanggannya.
Sumber :http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/kisah-sukses-pendiri-amazon.
Fitel adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh profesor-profesor dari Departemen Ekonomi di Columbia University. Inti bisnisnya adalah sejenis bursa online yang memudahkan transfer data dari Negara-negara yang berbeda. Ketika itu belum ada internet, sehingga usah semacam ini tentunya mendatangkan banyak uang.
Tahun 1988, Bezos pindah ke Bankers Trust Company. Ia membuat software BTWord, yaitu software yang memungkinkan klien-klien Banker Trust melihat laporan hasil investasi mereka lewat computer. Sebelumnya, laporan investasi secara berkala melalui hardcopy, tetapi Bezos mengotomatisasikannya lewat computer.
Tahun 1990, Bezos merasa belum siap mendirikan perusahaan sendiri, tetapi sudah siap pindah dari Bankers Trust. Mengapa? Dia Mengatakan bahwa ia akan pindah ke perusahaan dimana ia bias mengejar dambaannya, yaitu suatu system yang diberi istilah “second phase automation”. Apa maksudnya? Yakni dimana kita menggunakan teknologi untuk untuk mengubah proses bisnis yang lama menjadi lebih cepat dan efiesien. Lebih lanjut, kata Bezos, Second Pase Automation adalah “when you can fundamentally change the underlying businees process and do thing in a completely new way. So, it’s more of a revolution instead of an evolution.” (ketika Anda bisa mengubah suatu proses bisnis secara mendasar dan melakukannya dengan metode terbaru. Jadi, semuanya akan lebih tepat dikatakan sebuah revolusi daripada hanya sebuah evolusi.)
Akhirnya pada tahun 1990, ia resmi kerja di D.E. Shaw. Pertengahan tahun 1994, Bezos mengusulkan pada Mr. Shaw untuk membuat took online. Bezos kaget dan kecewa karena idenya ditolak mentah-mentah oleh Shaw.
Namun, Bezos tidak bisa melupakan idenya. Ia selalu melihat angka 2300 persen sebagai angka perkembangan tahunan internet. Dia melihat angka sebagai “huge, potentially wasted opportunity” (peluang besar potensial yang terabaikan). Akhirnya, Bezos mengatakan pada Mr. Shaw bahwa dia akan keluar dari D.E.Shaw dan membangun mimpi besarnya. Menyadari semangat muda Bezos yang meluap-luap, Mr. Shaw dengan karakternya sebagai orang tua yang bijaksana membawa Bezos jalan-jalan ke Central Park. Dia mengatakan bahwa penjualan buku online adalah ide besar. Namun, hal itu akan lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang belum mendapatkan pekerjaan bagus, tidak seperti Bezos yang saat itu sedang menjabat Senior Vice President yang keamanan financialnya telah terjamin. Apalagi, menurut aturan siklus perusahaan, sebentar lagi ia akan menjadi CEO di D.E.Shaw.
Bezos mendapatkan waktu 48 jam untuk memikirkan keputusannya keluar. Akhirnya, ia tetap memutuskan keluar. Dia mengatakan, “Nanti Kalau saya sudah berumur 80 tahun, saya mungkin sudah tidak ingat berapa gaji saya di D.E.Shaw tahun 1994, tetapi saya pasti ingat dan menyesal kalau saya tidak terjun ke bisnis internet.” Selanjutnya, Bezos meninggalkan D.E. Shaw yang saat itu sedang memberikannya gaji sebesar 7 figure per tahun (7 figure terkecil adalah $1,000,000 bila bagi 12 sekitar $83,333 per bulan). Sejak itu, Bezos mulai merintis www.amazon.com dan mengembangkannya ke seluruh dunia.
Sebagaimana kita ketahui, produk utama amazon adalah buku. Mengapa harus buku? Sewaktu bekerja di D.E. Shaw, Bezos ditugaskan meneliti tentang bisnis yang bias dikembangkan di internet. Ia membuat daftar sampai 20 barang yang bias dijual, dari software computer sampai perlengkapan. Dalam daftarnya, buku menempati posisi teratas. Tempat kedua adalah musik, tetapi musik dieliminasi karena industri musik saat itu dikuasai 6 label record dan mereka mendominasi distribusi. Sebagai suatu perbandingan sederhana, saat itu ada 300.000 keping CD musik dengan judul berbeda, tetapi ada 3 juta buku dengan judul berbeda.
Menurut Bezos, saat saat itu penjualan dikatakan “large and fragmented”(luas dan terbagi) karena tidak ada yang mendominasinya. Di Amerika, ada lebih dari 10.000 penerbit buku, tetapi kebanyakan hanya memiliki kurang dari 10 judul buku, tetapi kebanyakan hanya memiliki kurang dari 10 judul buku. Bahkan, Random House yang merupakan penerbit terbesar hanya menguasai 10% pasar. Dua took buku terbesar pun, Barnes & Noble dan Border, jika digabungkan hanya menguasai sekitar 25% dari $30 miliar total sales. Ketersediaanpun merupakan salah satu keuntungan bisnis buku. Buku dapat dipesan langsung dari penerbit atau dari jaringan distributor.
Makin lama amazon makin berkembang dan seperti yang kita lihat saat ini amazon masih berdiri mantap, meskipun saingannya kian hari kian bertambah.
“Visi kami,” simpul Jeff,” adalah perusahaan dunia yang sangat berpusat pada pelanggan. Tempat orang untuk menemukan dan mengetahui segala sesuatu yang mungkin ingin mereka beli secara online.”Tujuan Amazon.com bukan menjadi toko buku terbesar di dunia melainkan toko serba ada terbesar di dunia.”
Sebagai “toko serba ada terbesar di dunia” Jeff selalu mengingatkan enam nilai dasar perusahaan. Keenam hal itu adalah :
1. Obsesi Pelanggan. Pelayanan kepada pelanggan — memberikan apa yang diinginkan pelanggan pada harga semurah mungkin dan dengan waktu secepat mungkin — selalu merupakan tugas terpenting
2. Kepemilikan. Semua karyawan ditawari peluang untuk menjadi pemegang saham di Amazon.com. “Semua orang adalah pemilik,” ujar Jeff Bezos.
3. Melakukan tindakan segera.”Lakukan itu sekarang”. “Jangan menunda-nunda”, “Wujudkanlah” adalah jargon-jargon yang selalu didengungkan. Tentu saja ditambah satu frasa lagi yakni “Tumbuh Besar dengan Cepat.”
4. Kesederhanaan. Yang tampak dari kantor sebuah perusahaan sebuah Amazon.com adalah kesederhanaannya. Uang tidak dihambur-hamburkan untuk dekorasi dan kemewahan.
5. Standar Karyawan yang Tinggi. Amazom.com tetap menginginkan orang-orang yang cerdas. Mereka disaring melalui daftar riwayat hidup dan wawancara untuk menemukan mereka.
6. Inovasi. Amazon.com terus memperkenalkan gagasan-gagasan baru, sistem baru dan penawaran baru kepada para pelanggannya.
Sumber :http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/kisah-sukses-pendiri-amazon.
Friday, March 5, 2010
Wednesday, March 3, 2010
Punk in Love
Nonton semalem, sendirian. Wkwkwk, dasar film "saru", itu kalau dilihat dari sisi bahasa. Tapi tak tahulah, saya tak begitu mengerti kehidupan bani Bunk. Hanya saya akui, secara implisit banyaka pesan2 moral yang terselip di film berbahasa kadang kasar dan adegannya beberapa ngawur itu.
Satu pelajaran sangat berharga yang ingin saya review adalah soal perjalanan panjang mereka dari Malang menuju Jakarta. Andai saja mereka naik Gajayana dan ngumpet di WC saat ada pemeriksaan tiket, atau selama di perjalanan jangan pernah keluar dari WC, mungkin perjalanan tidak akan sepanjang itu, sehari, beres.
Namun, apa yang terjadi, begitu banyak kejadian tidak terduga, harus nyasar ke Bromo, mampir di makam Bung Karno, hampir mati karena tetanus di Cirebon. Satu hal, di film itu semua terlihat pendek dan fine-fine saja, karena para penontonpun saya yakin sudah kadung optimis bahwa apapun yang terjadi pasti endingnya mereka akan sampai Jakarta.
Akan tetapi, seandainya kita yang ada di posisi mereka, apakah sesederhana itu? tidak. Ada terlalu banyak peristiwa yang membuat keraguan untuk pulang ke Malang lagi muncul, ada terlalu banyak bisikan, apa kalau sampai di Jakarta misi mereka menaklukan Maia akan sukses, ada terlalu banyak konflik yang membuat mereka harus menahan gerutu dan nafsu untuk menimpuk teman sendiri.
Ah, itukah simbol perjalanan sukses? jangankan cuma diceriatkan, bahkan difilmkanpun tidak cukup mewakili perasaan dan perang batin yang ada selama perjalanan begitu banyak belibet sana sini.
Kalau kita pandai mengambil makna, semua permasalahan itu adalah peluang, untuk kita bisa meneguhkan keyakinan sesering mungkin, meluruskan niat selurus mungkin dan memaklumi salah dan lalai sebanyak apapun.
Satu pelajaran sangat berharga yang ingin saya review adalah soal perjalanan panjang mereka dari Malang menuju Jakarta. Andai saja mereka naik Gajayana dan ngumpet di WC saat ada pemeriksaan tiket, atau selama di perjalanan jangan pernah keluar dari WC, mungkin perjalanan tidak akan sepanjang itu, sehari, beres.
Namun, apa yang terjadi, begitu banyak kejadian tidak terduga, harus nyasar ke Bromo, mampir di makam Bung Karno, hampir mati karena tetanus di Cirebon. Satu hal, di film itu semua terlihat pendek dan fine-fine saja, karena para penontonpun saya yakin sudah kadung optimis bahwa apapun yang terjadi pasti endingnya mereka akan sampai Jakarta.
Akan tetapi, seandainya kita yang ada di posisi mereka, apakah sesederhana itu? tidak. Ada terlalu banyak peristiwa yang membuat keraguan untuk pulang ke Malang lagi muncul, ada terlalu banyak bisikan, apa kalau sampai di Jakarta misi mereka menaklukan Maia akan sukses, ada terlalu banyak konflik yang membuat mereka harus menahan gerutu dan nafsu untuk menimpuk teman sendiri.
Ah, itukah simbol perjalanan sukses? jangankan cuma diceriatkan, bahkan difilmkanpun tidak cukup mewakili perasaan dan perang batin yang ada selama perjalanan begitu banyak belibet sana sini.
Kalau kita pandai mengambil makna, semua permasalahan itu adalah peluang, untuk kita bisa meneguhkan keyakinan sesering mungkin, meluruskan niat selurus mungkin dan memaklumi salah dan lalai sebanyak apapun.
Friday, February 12, 2010
Emha Ainun Nadjib
"Apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah. Apa gunanya kepandaian kalau tidak memperbesar kepribadian seseorang sehingga ia makin sanggup memahami orang lain?"
Izar Handika
Enam tahun sesekolahan, tapi enggak pernah dekat-dekat amat, paling pas kelas 1 SMP sekelas dan kelas 3 SMA sama-sama jadi ketua kelas. Pendiam, tapi pemikirannya meledak-ledak juga... beberapa inspirasi dari beberapa obrolan dengan seorang Izar
1. Ilusi Negatif
Inilah kegagalan primer para orang-orang yang terbakar semangatnya oleh motivasi dan ajakan berpositif thingking. Kegagalan yang diakibatkan oleh dirinya tidak bisa menghilangkan ilusi negatif. Ilusi negatif apa itu? Ilusi negatif yang mengabarkan pada kita bahwa hari esok akan lebih gampang dari hari ini untuk memulai.
Iya, kan? berapa sering penundaan dengan niat kita bisa lebih sempurna mengawali bila sesuatu itu diawalinya besok justru membuat semuanya tidak berjalan berbeda sama sekali dengan yang kita bayangkan? Bukannya hari besok menjadi timing yang lebih sempurna, justru ketika hari besok datang, mood sudah hilang, semangat sudah memudar, hambar.
Maka itu, belajar untuk tidak sok tahu mengira-ira kalau memulainya besok itu akan lebih sempurna itu penting bagi orang-orang yang ingin sukses. Timing tersempurna ya saat ini.
2. Melupakan yang sudah ada
Banyak orang berusaha mendapatkan yang dia inginkan, termasuk pasangan hidupnya dengan mengejar si-dia dengan mati-matian. Padahal, sikap seperti itu justru membuat enek dan muak si-dia. Ya, analoginya sederhana, orang lebih tertarik untuk mengunduh buah kesemek yang masih di pohon, yang untuk mendapatkannya perlu perjuangan, ketimbang buah apel yang ada di atas meja yang tinggal ambil.
"orang lebih menghargai apa-apa yang belum ia dapatkan dan suka melupakan apa-apa yang ia miliki."
Maka, cara terbaik mendapatkan si-dia bukanlah dengan mengejar-ngejarnya dengan tidak tahu malu. Tetapi memantaskan diri ini menjadi pribadi yang berkualitas. Bukan fokus pada kualitas pengejaran kita, tetapi fokus pada kualitas pribadi kita.
Tapi jangan diartikan pasif, nah lo, susah kan. ya, aktif, tapi tidak mengejar-ngejar, tapi justru menjadi pribadi yang memenuhi batas kepantasan untuk ia unduh.
1. Ilusi Negatif
Inilah kegagalan primer para orang-orang yang terbakar semangatnya oleh motivasi dan ajakan berpositif thingking. Kegagalan yang diakibatkan oleh dirinya tidak bisa menghilangkan ilusi negatif. Ilusi negatif apa itu? Ilusi negatif yang mengabarkan pada kita bahwa hari esok akan lebih gampang dari hari ini untuk memulai.
Iya, kan? berapa sering penundaan dengan niat kita bisa lebih sempurna mengawali bila sesuatu itu diawalinya besok justru membuat semuanya tidak berjalan berbeda sama sekali dengan yang kita bayangkan? Bukannya hari besok menjadi timing yang lebih sempurna, justru ketika hari besok datang, mood sudah hilang, semangat sudah memudar, hambar.
Maka itu, belajar untuk tidak sok tahu mengira-ira kalau memulainya besok itu akan lebih sempurna itu penting bagi orang-orang yang ingin sukses. Timing tersempurna ya saat ini.
2. Melupakan yang sudah ada
Banyak orang berusaha mendapatkan yang dia inginkan, termasuk pasangan hidupnya dengan mengejar si-dia dengan mati-matian. Padahal, sikap seperti itu justru membuat enek dan muak si-dia. Ya, analoginya sederhana, orang lebih tertarik untuk mengunduh buah kesemek yang masih di pohon, yang untuk mendapatkannya perlu perjuangan, ketimbang buah apel yang ada di atas meja yang tinggal ambil.
"orang lebih menghargai apa-apa yang belum ia dapatkan dan suka melupakan apa-apa yang ia miliki."
Maka, cara terbaik mendapatkan si-dia bukanlah dengan mengejar-ngejarnya dengan tidak tahu malu. Tetapi memantaskan diri ini menjadi pribadi yang berkualitas. Bukan fokus pada kualitas pengejaran kita, tetapi fokus pada kualitas pribadi kita.
Tapi jangan diartikan pasif, nah lo, susah kan. ya, aktif, tapi tidak mengejar-ngejar, tapi justru menjadi pribadi yang memenuhi batas kepantasan untuk ia unduh.
Saturday, January 16, 2010
Chatting dengan Pa Adnan (Dosen Saya di Akatel)
"Sebetulnya itu cuma persoalan persepsi Mas", kata Pa Adnan menutup obrolan di YM kemarin.
Tiga orang ada mungkin, yang menyarankan saya segera keluar saja dari kuliah. Fokus di bisnis. Kata Bob Sadino juga begitu, entrepeneur tapi tetep kuliah, ya entrepeneur banci namanya. Tapi obrolan dengan Om Bob secara pribadi waktu itu di sebuah cafe di Bandung memahamkan saya bahwa "kuliah" itu berbeda dengan "kuliah".
Paham tidak? Kalau tidak paham, tunggu postingan kapan-kapan saya tentang bedanya "kuliah" dan "kuliah", saya tidak akan bahas disini. Tapi ada satu gambaran yang mungkin bisa menuntun pemahaman Anda. Begini, kuliah saya dibiayai orang tua, alhamdulillah orang tua saya ridho, tidak terpaksa, buktinya sering saya ditanya duluan soal bayaran, hampir tidak pernah minta duluan. Pesan Bapak saya begini "kuliah yang bener!".
Coba apa definisi kuliah yang benar menurut orang kebanyakan? : cepat selesai, kalau perlu cumlaude, kalau sudah selesai mau lanjut lagi ya boleh, atau cari kerja, cari penghidupan dari nilai yang tertera di ijasah-ijasahmu. Soal nyontek, soal titip absen, itu bukan urusan Bapak, bukan juga urusan Departemen Agama.
Setelah lulus, banyak-banyak berdoa agar bernasib baik. Seperti apa nasib baik yang tergambarkan saat berdoa itu? Mengirim lamaran lalu dapat panggilan dan diterima kerja, dengan gaji yang tinggi, menjadi ekor singa di ibukota. Mudik setahun sekali, yang penting tiap bulan ngirimin orang ke kampung. Sedekah 2,5 % itu sudah cukup menurut anjuran agama. Bekerjalah yang baik agar bisa pensiun dengan tenang. Kalau ada rasa bosan, ada naluri kebebasan untuk mengembangkan diri yang terbendung di kantor, katakanlah pada diri sendiri "sudah, ini jalan hidupku, jalani saja, ikhlas saja."
Entahlah, tapi (dengan boleh dipersalahkan atau diperbenarkan) saya punya pendapat yang berbeda tentang kuliah yang benar. Kuliah yang benar adalah mempersiapkan kehidupan yang baik dilandasi dengan penghidupan yang baik. Kekuatan materi disiapkan dengan manajemen prioritas, keberanian mengambil resiko dan bertanggung jawab atas susah senangnya keputusan itu, menjalin relasi yang diluar nalar luas dan tingkatannya, memelihara api idealisme sebagai kekayaan terakhir anak manusia yang kebanyakan lenyap ketika usia muda berakhir dan membangun pilar-pilar masa depan hari ini, mencakup aspek : mental, spiritual, adversity dan skill.
Sehingga seselesainya kuliah saya menjadi manusia, bukan menjadi robot, bukan menjadi mesin, bukan menjadi perpustakaan berjalan. Manusia yang memiliki daya imajinasi menyalak-nyalak, manusia yang memiliki kiprah seluas gandhi, semandiri Dahlah Iskan, sefenomenal Onno W Purbo dan sebermanfaat Triyono Budi Sasongko.
Ya, tentu orang tua saya lebih senang saya tetap menjadi orang, bukan berubah menjadi robot, mesin atau perpustakaan seselesai saya kuliah nanti. Namun demikian, kuliah saya yang kali ini saya rencanakan untuk saya rampungkan 2 semester kedepan. Mengapa begitu? Ada dua alasan utama yang dari beberapa waktu lalu saya simpan dikepala dan kali ini saya ingin tuangkan di note.
Pertama : Chat dengan Pa Adnan
Mungkin bisa dilihat lagi kalimat pembuka note ini, ya, kuliah menyenangkan atau membosankan itu masalah persepsi saja. Sama seperti di postingan lain saya yang berhasil mengubah persepsi adik saya tentang bau uap kawah sebuah kawah di Dataran Tinggi Dieng, dari yang semula dia (adik saya) pikir sebagai bau tidak enak, menjadi bau yang unik (dan enak).
Saya bukan hanya mengajarkan ke adik-adik saya soal persepsi, di training-training saya juga saya sampaikan, di banyak training yang saya ikuti juga saya terima soal ini, di banyak obrolan dengan orang-orang terbaik di negeri ini juga saya dapati materi ini.
Hm, apa iya, untuk materi yang saya bawakan sendiri, saya tidak mau bereksperimen membuktikannya untuk persoalan kampus? Bagaimana mungkin rumus mengubah persepsi yang saya ajarkan saya bilang ampuh, kalau untuk persoalan sepele (kampus) saja saya tidak iseng-iseng coba terapkan?
Itulah alasan pertama saya, saya ingin mengikuti pengingat dari Pa Adnan karena sinkron dengan materi training saya : ubah persepsi dan suskes (dikampus).
Kedua : Sejalan dengan Fase Entrepeneurial Saya
Ini tahun keempat saya berentrepeneur, tahun depan berarti tahun kelima? Apa artinya, kalau saya mengabaikan perbandingan kesuskesan saya dengan teman-teman lain, kalau saya hanya menjadikan parameter kondisi saya sebelum saat ini dengan kondisi saya saat ini, berarti saya sudah sukses ribuan persen.
Memang, kesuksesan yang ribuan persen itu menjadi susah terakumulasi karena bentuknya bermacam-macam, ada yang dalam bentuk kekayaan finansial, kekayaan relasi, kekayaan konsep, kekayaan investasi pilar-pilar masa depan, kekayaan ketahanan mental, kekayaan pengetahuan dan pengalaman hingga kekayaan koleksi kegagalan.
Mulai Awal 2010 kemarin saya berkomitmen untuk mentransformasikan kekayaan yang saya dapatkan itu fokus pada kekayaan finansial, karena apa? kekayaan finansial pada kondisi saya saat ini akan berpotensi menjadi NOS untuk melesatkan kekayaan-kekayaan saya dari keseluruhan segi.
Dan dengan tingkat toleransi kemelesetan hitun-hitungan hingga 4X lipat, seharusnya ketika pas saya selesai kuliah nanti, saya telah mencapai fase entrepenuer aman. Dimana seperti yang para guru-guru terbaik saya bilang, "kamu akan tetap diakui sebagai manusia utuh" (haha, seperti apa manusia tidak utuh itu?).
Apa maksudnya manusia utuh? Saya tidak perlu cemas karena orang tua tidak akan menuntut saya mendaftar CPNS, saya tidak perlu mengemis ke calon mertua dengan status palsu untuk menyunting anaknya. Ya, penghidupan aman, jadi saya tinggal fokus ke kehidupan. Bagaimana usaha yang empat tahun saya fokusi ini berkembang dan melesat, bagaimana orang-orang disekeliling saya yang selama ini terabaikan dapat terberdayakan dengan optimal, bagaimana peluang-peluang besar yang dulu terasa diatas langit saat itu bisa dikelola, bagaimana dunia memandang saya sebagai saya dengan karakter yang saya bawa, bukan pada gelar, pada institusi yang saya naungi.
Ya, setahun lagi saya siap untuk tidak menyandang status mahasiswa. Dan selama setahun kedepan adalah praktikum saya membuktikan kekuatan mengubah persepsi dengan kampus sebagai laboratoriumnya.
Tiga orang ada mungkin, yang menyarankan saya segera keluar saja dari kuliah. Fokus di bisnis. Kata Bob Sadino juga begitu, entrepeneur tapi tetep kuliah, ya entrepeneur banci namanya. Tapi obrolan dengan Om Bob secara pribadi waktu itu di sebuah cafe di Bandung memahamkan saya bahwa "kuliah" itu berbeda dengan "kuliah".
Paham tidak? Kalau tidak paham, tunggu postingan kapan-kapan saya tentang bedanya "kuliah" dan "kuliah", saya tidak akan bahas disini. Tapi ada satu gambaran yang mungkin bisa menuntun pemahaman Anda. Begini, kuliah saya dibiayai orang tua, alhamdulillah orang tua saya ridho, tidak terpaksa, buktinya sering saya ditanya duluan soal bayaran, hampir tidak pernah minta duluan. Pesan Bapak saya begini "kuliah yang bener!".
Coba apa definisi kuliah yang benar menurut orang kebanyakan? : cepat selesai, kalau perlu cumlaude, kalau sudah selesai mau lanjut lagi ya boleh, atau cari kerja, cari penghidupan dari nilai yang tertera di ijasah-ijasahmu. Soal nyontek, soal titip absen, itu bukan urusan Bapak, bukan juga urusan Departemen Agama.
Setelah lulus, banyak-banyak berdoa agar bernasib baik. Seperti apa nasib baik yang tergambarkan saat berdoa itu? Mengirim lamaran lalu dapat panggilan dan diterima kerja, dengan gaji yang tinggi, menjadi ekor singa di ibukota. Mudik setahun sekali, yang penting tiap bulan ngirimin orang ke kampung. Sedekah 2,5 % itu sudah cukup menurut anjuran agama. Bekerjalah yang baik agar bisa pensiun dengan tenang. Kalau ada rasa bosan, ada naluri kebebasan untuk mengembangkan diri yang terbendung di kantor, katakanlah pada diri sendiri "sudah, ini jalan hidupku, jalani saja, ikhlas saja."
Entahlah, tapi (dengan boleh dipersalahkan atau diperbenarkan) saya punya pendapat yang berbeda tentang kuliah yang benar. Kuliah yang benar adalah mempersiapkan kehidupan yang baik dilandasi dengan penghidupan yang baik. Kekuatan materi disiapkan dengan manajemen prioritas, keberanian mengambil resiko dan bertanggung jawab atas susah senangnya keputusan itu, menjalin relasi yang diluar nalar luas dan tingkatannya, memelihara api idealisme sebagai kekayaan terakhir anak manusia yang kebanyakan lenyap ketika usia muda berakhir dan membangun pilar-pilar masa depan hari ini, mencakup aspek : mental, spiritual, adversity dan skill.
Sehingga seselesainya kuliah saya menjadi manusia, bukan menjadi robot, bukan menjadi mesin, bukan menjadi perpustakaan berjalan. Manusia yang memiliki daya imajinasi menyalak-nyalak, manusia yang memiliki kiprah seluas gandhi, semandiri Dahlah Iskan, sefenomenal Onno W Purbo dan sebermanfaat Triyono Budi Sasongko.
Ya, tentu orang tua saya lebih senang saya tetap menjadi orang, bukan berubah menjadi robot, mesin atau perpustakaan seselesai saya kuliah nanti. Namun demikian, kuliah saya yang kali ini saya rencanakan untuk saya rampungkan 2 semester kedepan. Mengapa begitu? Ada dua alasan utama yang dari beberapa waktu lalu saya simpan dikepala dan kali ini saya ingin tuangkan di note.
Pertama : Chat dengan Pa Adnan
Mungkin bisa dilihat lagi kalimat pembuka note ini, ya, kuliah menyenangkan atau membosankan itu masalah persepsi saja. Sama seperti di postingan lain saya yang berhasil mengubah persepsi adik saya tentang bau uap kawah sebuah kawah di Dataran Tinggi Dieng, dari yang semula dia (adik saya) pikir sebagai bau tidak enak, menjadi bau yang unik (dan enak).
Saya bukan hanya mengajarkan ke adik-adik saya soal persepsi, di training-training saya juga saya sampaikan, di banyak training yang saya ikuti juga saya terima soal ini, di banyak obrolan dengan orang-orang terbaik di negeri ini juga saya dapati materi ini.
Hm, apa iya, untuk materi yang saya bawakan sendiri, saya tidak mau bereksperimen membuktikannya untuk persoalan kampus? Bagaimana mungkin rumus mengubah persepsi yang saya ajarkan saya bilang ampuh, kalau untuk persoalan sepele (kampus) saja saya tidak iseng-iseng coba terapkan?
Itulah alasan pertama saya, saya ingin mengikuti pengingat dari Pa Adnan karena sinkron dengan materi training saya : ubah persepsi dan suskes (dikampus).
Kedua : Sejalan dengan Fase Entrepeneurial Saya
Ini tahun keempat saya berentrepeneur, tahun depan berarti tahun kelima? Apa artinya, kalau saya mengabaikan perbandingan kesuskesan saya dengan teman-teman lain, kalau saya hanya menjadikan parameter kondisi saya sebelum saat ini dengan kondisi saya saat ini, berarti saya sudah sukses ribuan persen.
Memang, kesuksesan yang ribuan persen itu menjadi susah terakumulasi karena bentuknya bermacam-macam, ada yang dalam bentuk kekayaan finansial, kekayaan relasi, kekayaan konsep, kekayaan investasi pilar-pilar masa depan, kekayaan ketahanan mental, kekayaan pengetahuan dan pengalaman hingga kekayaan koleksi kegagalan.
Mulai Awal 2010 kemarin saya berkomitmen untuk mentransformasikan kekayaan yang saya dapatkan itu fokus pada kekayaan finansial, karena apa? kekayaan finansial pada kondisi saya saat ini akan berpotensi menjadi NOS untuk melesatkan kekayaan-kekayaan saya dari keseluruhan segi.
Dan dengan tingkat toleransi kemelesetan hitun-hitungan hingga 4X lipat, seharusnya ketika pas saya selesai kuliah nanti, saya telah mencapai fase entrepenuer aman. Dimana seperti yang para guru-guru terbaik saya bilang, "kamu akan tetap diakui sebagai manusia utuh" (haha, seperti apa manusia tidak utuh itu?).
Apa maksudnya manusia utuh? Saya tidak perlu cemas karena orang tua tidak akan menuntut saya mendaftar CPNS, saya tidak perlu mengemis ke calon mertua dengan status palsu untuk menyunting anaknya. Ya, penghidupan aman, jadi saya tinggal fokus ke kehidupan. Bagaimana usaha yang empat tahun saya fokusi ini berkembang dan melesat, bagaimana orang-orang disekeliling saya yang selama ini terabaikan dapat terberdayakan dengan optimal, bagaimana peluang-peluang besar yang dulu terasa diatas langit saat itu bisa dikelola, bagaimana dunia memandang saya sebagai saya dengan karakter yang saya bawa, bukan pada gelar, pada institusi yang saya naungi.
Ya, setahun lagi saya siap untuk tidak menyandang status mahasiswa. Dan selama setahun kedepan adalah praktikum saya membuktikan kekuatan mengubah persepsi dengan kampus sebagai laboratoriumnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)