Monday, December 15, 2008

Menganggur itu Tidak Enak


Ikal stressing pikirannya meningkat pasca wisuda, baru menyadari kalau lintang-lintung menganggur itu tidak enak. Sementara Belitong terlalu 'ngampung' untuk mendapat posisi pekerjaan yang setara dengan kapasitas akademik yang dia bawa pulang dari Altar Suci Sorbone, kota terpelajar di belantara gemerlapnya Prancis, Eropa.
Apalagi di negeri ini, satu kesalahan fatal berharap pertolongan penghidupan dari kepedulian pemerintah. Beban pikiran macam itu adalah nyata, dan itu saya takutkan jauh-jauh hari bahkan di awal-awal masa kuliah di emperan Kebun Raya Bogor, IPB Cilibende dulu.
Wisuda tanpa kemapanan posisi akan membuat saya dan siapa saja orang stress. Yang lebih berbahaya adalah puluhan kali lipat beban yang sama akan dirasakan oleh Ibu kita. Alih-alih mempersembahkan gelar, kita malah menumpukinya dengan berton-ton beban pikiran. Tega kah?
Kawan, itulah Indonesia saat ini. Bukan seorang dua orang stress psikis akibat gelarnya sendiri, puluhan juta men? bayangkan itu, jadi, bisa diukur skala 100, berapa derajat kebahagiaan rata-rata bangsa zamrud katulistiwa kita ini?
Sang Pembaharu sedang dinanti-nantikan bangsa ini, salah satunya amatlah sangat mungkin bernama Rizky D Rahmawan... Satu kutipan menarik dari Novel keempat Tetralogi Laskar Pelangi itu,
"Archimedes, Boi, Ia dituduh gila, lalu ia dipenggal kepalanya oleh kopral balok satu Romawi. Galileo dipaksa membaca tujuh maszmur pertobatan lantaran menentang bapak tua Aristoteles. Muhammad dilempari batu. Columbus terbirit-birit dipanah orang Indian, Mary Currie megap-megap kena radiasi, Faraday senewen keracunan merkuri. Gandhi ke penjara seperti ke jamban saja!"
...
"Namun, merekalah para pembaharu! merekalah pahlawan! Keajaiban akan muncul bagi orang yang berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal yang baru!" (Maryamah Karpov 440)
Pembaharu itu orang bervisi, orang bervisi itu bisa membaca masa depan, mungkin seperti Aray yang berkali-kali ditampar dengan cercaan dan penghinaan cinta yang memilukan oleh sang pujaan Zakiah Nurmala Binti Berahim Matarum.
Halaman 200 novel itu menjadi hal yang tak disangka-sangka bagi pembaca, Zakiah takluk dan mereka akhirnya menikah pada 16 Mei. Bisa jadi Aray sudah membaca itu sedari pertama, makanya dia bertahan

No comments:

Post a Comment